KOTA PEKALONGAN, Jawa Tengah
Kawasan kampung Arab berada di daerah Pekalongan Utara. Di kawasan ini merupakan perkampungan mayoritas etnis Arab yang secara turun-temurun tinggal dan melaukan aktifitas usaha, sosial dan budaya. Bicara tentang Kampung Arab mungkin sebagian besar masyarakat Pekalongan kurang begitu familiar dengan sejarah dari kawasan tersebut, untuk itu pernah digagas Festival Kalonganan pada tahun 2015 yang salah satu agendanya mengadakan kegiatan Mengenal Sejarah Kampung Arab Pekalongan. Pemilihan Kampung Arab menjadi lokasi kegiatan dikarenakan historis dari Kampung Arab itu sendiri, di mana terdapat masjid Wakaf yang cukup melegenda serta cerita mengenai Kampung Arab yang dulu menjadi pusat perdagangan mori se-Nusantara. Kampung Arab di Kota Pekalongan mencakup wilayah 3 Kelurahan, yaitu Kelurahan Sugihwaras, Kelurahan Klego dan Kelurahan Poncol. 3 lokasi tersebut sebagian besar penghuninya adalah masyarakat Arab, meskipun ada beberapa masyarakat pribumi namun jumlahnya tidak banyak. Kelurahan Sugihwaras menjadi kawasan yang paling dominan didiami oleh masyarakat Arab, hal ini dikarenakan cikal bakal dari Kampung Arab itu sendiri yang berdiri pertama kali di Kelurahan Sugihwaras terutama di sekitar Jalan Surabaya. Awal mula sejarah Kampung Arab terjadi di tahun 1800an, di mana seorang ulama dari Hadramaut Habib Husein Bin salim Alatas datang ke Pekalongan bersamaan dengan masa-masa pemerintahan kolonial belanda masuk ke wilayah Pekalongan. Pada waktu itu wilayah tersebut masih merupakan hutan belantara. Hal pertama yang dilakukan oleh beliau adalah mendirikan Masjid, sekarang Masjid ini masih berdiri kokoh , yaitu Masjid Wakaf. Keinginan beliau mendirikan Masjid adalah meniru teladan Rasulullah apabila hijrah pada suatu tempat yang dikunjungi, pertama kali yang didirikan adalah Masjid. Dengan adanya Masjid orang akan terpacu melakukan ibadah agamanya di tempat itu, dan hal ini merupakan awal dari interaksi sosial dengan masyarakat yang ada di sekelilingnya. Pada akhirnya, setelah pembangunan Masjid itu, orang-orang Arab mulai berdatangan, karena kabar berdirinya masjid Wakaf yang semakin ramai sudah masuk ke sana, sehingga komunitas-komunitas Arab mulai berdatangan yang didominasi oleh orang-orang Hadramaut, Yaman. Kedatangan komunitas-komunitas Arab ini didukung pula oleh jiwa dagang mereka, sehingga ketika mereka datang ke Pekalongan, mereka membuka jalur perdagangan baru. Selain mendirikan masjid, Habib Husein juga membuka pengajian dan pesantren untuk masyarakat. Metode pengajian yang beliau lakukan dengan membuat masyarakat pribumi terus berdatangan ke pengajian beliau, sehingga pengaruh Islam di Kota Pekaongan cukup kuat. Seiring dengan berjalannya waktu, di Kampung Arab kedatangan seorang ulama Habib Ahmad Bin Abdullah Bin Tholib Alatas, beliau mempunyai tujuan yang sama dengan Habib Husein, awal kedatangannya beliau mendirikan Masjid Raudhoh, dan masjidnya masih kokoh berdiri hingga saat ini. Metode pengajaran Habib Ahmad cukup berbeda, beliau lebih modern pada saat itu, namun kolaborasi kedua ulama ini memberikan pengaruh yang cukup kuat di Pekalongan. Dari suatu cerita, awal mula Habib Husein mendirikan Masjid Wakaf adalah beliau berkeyakinan jika kelak daerah ini akan menjadi pusat perdagangan di Kota Pekalongan. Dan benar saja, seiring dengan berjalannya waktu dan semakin banyak komunitas arab yang berdatangan dengan jiwa dagangnya, sekitar tahun 1950-1970 Kampung Arab menjadi sentra pusat perdagangan kain mori se- Nusantara, sehingga harga kain mori pada saat itu mengacu harga di Kampung Arab. Pada saat itu Kampung Arab di Jalan Surabaya menjadi pusat keramaian masyarakat Pekalongan. Seiring berjalannya waktu era perdagangan mengalami masa pasang surut, sehingga di tahun 1970an pusat ekonomi tersebut mulai menurun, harga produksi yang semakin mahal dikarenakan kebijakan Pemerintah pada saat itu yang cenderung tidak memihak pedagang mengakibatkan citra pusat ekonomi Kampung Arab mulai pudar. Namun pada saat ini kita bisa melihat bagaimana di Kampung Arab di Jalan Surabaya khususnya masih ada beberapa toko-toko dan galeri-galeri batik ataupun fashion yang masih berjualan, sehingga citra kawasan perdagangan masih melekat hingga saat ini. Dari segi arsitektur bangunan, pada saat ini banyak bangunan-bangunan di Kampung Arab yang mengalami renovasi besar-besaran, sehingga arsitektur bangunan jaman dulu mulai hilang, namun masih ada beberapa bangunan yang masih mencirikan bangunan jaman dulu. Suatu hal yang menarik tentunya, pada kegiatan mengenal sejarah Kampung Arab, kita tidak hanya belajar sejarah kawasan tersebut, namun kita juga belajar mengenai arsitektural bangunan/ rumah bergaya kolonial (artdeco) yang menjadi ciri khas kawasan kampung Arab.
Kategori | Jumlah |
---|---|
Wisata Alam | 59 |
Wisata Buatan | 30 |
Wisata Budaya | 46 |
Taman Nasional | 2 |