KABUPATEN JEPARA, Jawa Tengah
Mnurut keterangan yang diberikan oleh pengurus klenteng wang fu atau furianto klenteng ini dibangun pada tahun 1881 Masehi. Keterangan ini juga diperkuat dari kesaksian anggota keluarga Giok Hwa yang menjadi pengurus kelenteng sejak tahun berdirinya kelenteng ini. Disamping kitab suci penganut kepercayaan Tri Darma di kelenteng atau rumah ibadah HOK TOK TENG yang beralamat dijalan P. Diponegoro Jepara ini ada semacam kitab ajaran tentang silsilah keturunan manusia yang mencapai pencerahan yang ikut andil dalam pembangunan tempat ibadah ini. Nama kitab ini bernama Sam Ho Bio yang menurut Purniati (salah satu pengurus) yang bearti” urutan pencerahan “.
Asal muasal terbentuknya komunitas ibadah di Hok tok teng ini sebenarnya berawal dari awal perkumpulan para pekerja dari orang-orang cina yang datang ke jawadwipa yang subur. Namun setelah sampai di holing mereka saking asiknya dengan kemakmuran jawadwipa hidup mereka sangan berubah dan cendurung melakukan perbuatan yang melanggar norma dari adat tiong hoa.
Karena perkumpulan itu lebih cenderung keperbuatanya menyimpang maka Giok Hwa seorang wanita yang dipercaya suci mempunyai ide untuk menangulani itu semua dibangunlah tempat ibadah Hok Tok Teng ini. Pembangunan ini awalnya diabangun dengan cara swadaya dari seluruh warga tiong hoa yang mampu saat itu, sebenarnya pembangunan kelenteng atau tempat pemujaan ini menurut Wang Fu fu juga mengandung ideologi perlawanan terhadap kristenisasi terhadap warga keturunan china diJepara. Pada zaman dahulu Jepara digunakan oleh orang-orang barat Portugis maupun Belanda untuk melakukan program penyebaran agama kristen, sedangkan pada waktu yang mempunyai hubungan lebih dekat ketimbang pribumi adalah warga China maka tidak mungkin kalau banyak warga china yang diberikan fasilitas lebih dengan satu alasan agar mau masuk agama kristen waktu itu.
Kelenteng ini terahir direnovasi pada 14 Desember 1997 atau dalam tahun baru china 15 CAP IT GWEE 25648. Pembangunan tempat ibadah ini atas prakarsa dana dari Nyonya OH IE DJIANG dari keluarga OH KIAN LIEN Salatiga. Penelitian ini jadi tidak maksimal karena bukti tertulis yang disimpan dikelenteng ini tidak boleh dilihat apalagi orang luar sehingga kami sebagai peneliti tidak bisa mengkroscek sumber.
Kategori | Jumlah |
---|---|
Wisata Alam | 58 |
Wisata Buatan | 30 |
Wisata Budaya | 46 |
Taman Nasional | 2 |