KABUPATEN JEPARA, Jawa Tengah
Menurut catatan sejarah, Dinasti Tang tahun 618 – 906 Masehi di Cho-po atau Pulau Jawa terdapat kerajaan yang bernama Ho-Ling (Kalingga). Ratu shima menjadi ratu sejak tahun 674 Masehi.
Ibu kota kerajaan ini dikelilingi dengan benteng yang terbuat dari kayu atas perintah ratu Hsi-mo atau Shima. Ia memimpin dengan sangat keras, tegas, adil dan bijaksana sehingga kerajaan sangat aman dan tentram. Tidak ada yag berbuat kejahatan, sebab siapapun yang melakukan pelanggaran ia akan mendapatkan hukuman yang berat. Ratu Shima dibantu 28 Orang menteri sebagai penguasa wilayah dan 4 orang menteri utama yang berkedudukan di ibukota kerajaan.
Berdasarkan catatan I-Tsing pada tahun 664-665 Masehi ada seorang pendeta cina bernama Hwi-Ning Berkunjung ke Ho-Ling. Kerajaan ini menjadi salah satu pusat pengetahuan budha hinayana di jawa. Ia berada di kerajaan tersebut selama 3 tahun hingga 667 M untuk menerjemahkan kitab suci budha Hinayana ke dalam bahasa cina. dengan dibantu pendeta bernama Jnanabhadra. Kitab terjemahan ini antara lain memuat cerita tentang nirwana. Daerah kekuasaannya meliputi sebagian pantai utara Jawa dimulai dari Jepara hingga Pekalongan.
Penduduk kerajaan Ho-Ling bermata pencaharian penduduk kalingga adalah bertani, menambang, berdagang, nelayan dan berburu. Mereka juga sudah mengenal cara membuat perahu, pandai menulis dan mengenal ilmu perbintangan. Ratu Shima mulai mengembangkan kalingga sebagai salah satu bandar perdagangan yang banyak dikunjungi saudagar, baik dari Asia maupun Eropa. Kalingga telah menjadi salah satu pintu masuk para pendatang.
Konon ketika hamil 7 bulan, Ratu Shima ngidam ingin makan buah kecapi yang rasanya kecut. Sebenarnya banyak abdi yang ingin mencarikan, tetapi ratu Shima menolak karena ingin langsung memakan buah kecapi yang segar dan dipetik sendiri dari pohon. Akhirnya rombongan Ratu Shima berangkat menuju arah barat. Namun sampai tengah hari buah kecapi yang diinginkan tidak juga dijumpai. Ketika rombongan sampai di suatu wilayah yang banyak ditumbuhi pohon rembulung mereka beristirahat. Daerah tempat Ratu Shima beristirahat ini kelak bernama desa Bulungan. Setelah sejenak beristirahat, akhirnya rombongan berjalan lagi kearah selatan. Saat itu Ratu Shima melihat banyak melihat banyak pohon kecapi yang sedang berbuah. Karena senang Ratu Shima berteriak Kecapi.... kecapi.... kecapi....
Konon kelak wilayah ini nantinya bernama Desa Kecapi.
Menurut cerita parahyangan, Ratu Shima memiliki anak yang bernama parwati, yang menikah dengan Mandiminyak, putra mahkota kerajaan galuh. Mandiminyak kemudian menjadi raja kedua dari kerajaan Galuh. Dari pernikahannya dikaruniai anak bernama Sanaha yang menikah dengan raja ketiga kerajaan Galuh bernama Brantasenawa. Mereka memiliki anak bernama sanjaya yang kemudian menjadi raja kerajaan sunda dan galuh.
Konon setelah ratu shima meninggal tahun 732 Masehi, Sanjaya menggantikan buyutnya menjadi raja di kerajaan kalingga utara yang kemudian disebut bumi mataram dan kemudian mendirikan dinasti atau wangsa sanjaya di mataram kuno. Pada akhirnya kekuasaan di sunda diserahkan kepada putranya yang bernama tamperan barmawijaya . kemudian raja sanjaya menikah lagi dengan sudiwara, putri dewasinga, raja kalingga selatan atau bumi sembara dan memiliki putra bernama Rakai Penangkaran.
Diperkirakan kerajaan kalingga yang berdiri sejak abad ke7 ini berada di Jepara hingga abad ke X. Setelah itu pusat kerajaan pindah ke kawasan pulau jawa sebelah selatan dan kemudian bergeser ke daerah timur.
Penemuan benda bersejarah oleh Rabinah tahun 1961 di dukuh drojo, Desa Tulakan berupa atribut dan perhiasan seorang Ratu yang terbuat dari emas, perak, perunggu dan monel diperkirakan berasal jaman ratu Shima. Penemuan Rabinah di dinding sungai yang beratnya mencapai 28 Kg lebih ini sangat menggemparkan. Benda yang ditemukan Rabinah di sebuah tempat seperti dandang besar ini antara lain terdiri dari topeng, perhiasan cincin,stempel,gelang, penutup dada, keropak, kendi, dan tempat perhiasan. Juga jenis-jenis perhiasan bagi bangsawan wanita lainnya. Ada yang mengatakan bahwa barang-barang tsb adalah peninggalan ratu kalinyamat yang dititipkan kepada ki leseh dan istrinya sebelum muali bertapa di tanah wangi.
Keberadaan Candi Angin serta Candi bubrah di desa tempur, kecamatan keling juga diyakini oleh sebagian masyarakat merupakan bukti bahwa kerajaan kalingga berada di sekitar keling, Jepara.
Jejak kerajaan hindu dan budha yang banyak tersebar di sekitar wilayah Jepara bagian utara mulai mlonggo, bangsri, donorojo juga merupakan bukti bahwa pada masa itu di kawasan ini telah berkembang sebuah kebudayaan.
Bahkan di wilayah ini banyak terdapat peribadatan umat hindu dan budha termasuk juga pemeluk agamanya. Hanya memang para ahli memang belum sepakat tentang lokasi kerajaan kalingga secara tepat. Sebab berdasarkan cerita tutur yang berkembang di daerah lain, Ratu Shima juga dikenal di daerah Kendal dan Purbalingga.
Ratu kalinyamat adalah putri Sultan Trenggono cucu dari Raden Patah, sultan demak yang pertama. Nama aslinya masih menjadi perdebatan, ada yang menyebutnya Ratu Arya Jepara, Ratu Retno Kencana dan Raden Ayu Wuryani. Ia dikenal sebagai putri sultan yang cantik pintar dan berani. Ia memiliki ilmu kanuragan yang tinggi.Waktu ia masih gadis dipercaya menjadi Adipati Jepara yang di daerah kekuasaannya meliputi Jepara, Kudus, Pati, Rembang dan Blora. Kerajaan konon ada di Kriyan. Ada yng menyebut kerajaan di Mantingan.
Ratu Kalinyamat mengembangkan jepara menjadi wilayah yang maju bukan saja nampak pada kesejahteraan pada warganya, tetapi berhasil dikembangkan menjadi bandar perdagangan. Ia kemudian menikah dengan “Toyib” yang kemudian bergelar Sultan Hadirin. Ada beberapa versi tentang Toyib. Ada yang menyebut dia putra “Sultan Aceh Ibrahim” yang bergelar Sultan Mukhayat Syah. Pertemuan dengan Ratu Kalinyamat waktu itu Toyib diutus ayahnya untuk belajar ilmu agama dengan pemerintahan di Kasultanan Demak. Ia pemuda tampan bijaksana memiliki ilmu agama yang luas dan sangat berani. Ia kemudian dijodohkan dengan Ratu Kalinyamat dan bergelar “Pangeran Hadirin”.
Ada versi lain tentang Toyib. Ia adalah putra Sultan Aceh. Karena memiliki kemampuan yang lebih dan berkepribadian yang baik, ia diangkat ayahnya menjadi Sultan Aceh. Namun kakaknya yang bernama “Takyim” tidak menyetujui sehingga terjadi perselisihan diantara mereka. Walaupun ayahnya bersih keras mengangkat menjadi Sultan, namun ia tidak bersedia. Karena perselisihan tersebut pangeran Toyib meninggalkan negerinya dan mengembara ke negeri Cina. Disana ia diangkat anak oleh seorang punggawa Kerajaan Cina. karena lafal bahasa Cina sulit menyebut nama Toyib, namanya kemudian dikenal dengan “Toyat”. Kurang lebih 5 tahun Toyib berada di Cina. Ia kemudian menuju ke pulau Jawa dan bekerja di istana Ratu menjadi tukang kebun.
Ada versi lain yang menceritakan asal-usul Pangeran Hadirin sebelumnya bernama “Juragan Wintang”. Ia seorang pedagang dari cina datang ke pulau Jawa dengan 3 buah kapal yang penuh dengan berbagai dagangan dari Cina. Sampai di Ujung Lor, semua kapal tenggelam dikarenakan dihantam badai. Semua penumpang kapal meninggal termasuk istrinya, hanya Juragan Wintang yang selamat. Ia kemudian bertemu dengan Sunan Kudus.
Setelah masuk islam dan menjadi murid Sunan Kudus, kemudian diberi nama “Rakit”. Ia diperintahkan untuk bertempat tinggal di pinggir Sungai Kalinyamat. Lama - kelamaan tempat ini menjadi desa, dan dinamakan Kalinyamat oleh Sunan Kudus. Ia kemudian mulai berdagang dan dikenal sebagai saudagar yang sangat kaya, juga memiliki galangan kapal dan menempatkan diri dibawah kekuasaan Sultan Trenggono dari Demak. Kemudian ia dinikahkan dengan putri Sultan Trenggono yaitu “Retno Kencono”.
Setelah pernikahan dengan Sultan Hadirin, kekuasaan adipati diserahkan oleh Ratu Kalinyamat kepada suaminya. Kemudian bersama-sama mengembangkan dan membangun Jepara.
Sayangnya, Pernikahan Ratu Kalinyamat dengan Sultan Hadlirin tidak berlangsung lama. Sultan Hadirin dibunuh oleh orang suruhan Adipati Arya Penangsang pada tahun 1549.
Ada cerita rakyat yang mengisahkan pembunuhan pangeran Hadirin terjadi seusai upacara pemakaman Sunan Prawata. Kakak Ratu Kalinyamat tewas ditangan Arya Penangsang yang berambisi merebut tahta Kasultanan Demak. Mendengar berita tentang pembunuhan kakaknya, Ratu kalinyamat bersama suaminya menghadap Sunan Kudus untuk memohon keadilan. Setelah menghadap, Ratu Kalinyamat menilai Sunan Kudus memihak kepada Arya Penangsang. Sunan kudus mengatakan, bahwa Arya Penangsang melakukan pembunuhan sebagai pembalasan atas pembunuhan yang telah dilakukan Sunan Prawata terhadap ayah Arya Penangsang yaitu “Pangeran Sekar Seda Lepen”.
Mendengar jawaban itu, Ratu Kalinyamat dan suaminya segera pulang. Ketika ditengah perjalanan pulang ke Jepara, mereka di cegat oleh orang - orang Arya Penangsang, sehingga terjadi perkelahian yang mengakibatkan Pangeran Hadirin tewas. Setelah peristiwa pembantaian kakak kandung serta suaminya, Ratu Kalinyamat bersumpah akan menebus sakit hatinya. Ratu kalinyamat sangat sedih kehilangan suami dan kakaknya. Ia tidak pulang ke istananya, tetapi bersama dengan dayang-dayangnya bertapa di Bukit Gelang atau Gilang Mantingan, dimana tempat suaminya dikuburkan. Ia kemudian memindah tempat bertapanya ke bukit Danarasa letaknya menghadap kelaut dan pindah lagi ke Danaraja.
Meninggalnya Sultan Hadlirin dan Sultan Prawoto membuat kepedihan mendalam dari Ratu Kalinyamat sehingga dia bersumpah mengadakan “ Tapa Ngrawe ” digunung Danarasa. Ada 2 versi penafsiran Tapa Ngrawe. Pertama bertapa tanpa menggunakan pakaian dan kedua bertapa melepaskan semua atribut kerajaan. Sumpah ini dilakukan sebagai bentuk protes dan meminta keadilan, dari tuhan atas meninggalnya kedua orang yang sangat dicintainya. Ia tidak akan berhenti bertapa, sebelum keramas darah Arya Penangsang dan menggunakan rambut Arya Penangsang untuk membersihkan kakinya.
Selain itu Ratu Kalinyamat juga bersayembara, barang siapa dapat mengalahkan Arya Penangsang kalau perempuan akan di akui sebagai saudara “Siniro Wedi” bila laki-laki akan mendapatkan kedua putri angkatnya bernama RR. Semangkin dan RR. Ayu prihatin untuk diangkat menjadi istrinya. Tindakan Ratu Kalinyamat membingungkan Sultan Hadiwijaya. Ia meminta Ratu Kalinyamat pulang ke keraton, ia menolak sebelum membalaskan kematian dari kakak dan suaminya.
Sultan Hadiwijaya berjanji akan berusaha untuk mewujudkan keinginan sang Ratu. Sultan Hadiwijaya mengadakan pertemuan, yang diikuti Ki Panjiwa, Ki pamanahan dan Ki Juru Mertani. Akhirnya Sultan Hadiwijaya memberikan pengumuman, barang siapa yang mengalahkan Arya Penangsang diberi hadiah “Bumi Pati atau Alas Mentaok”. Akhirnya Sutawijaya menyanggupi dan menjadi Senopati perang.
Menghadapi Arya Penangsang harus diatur strategi untuk menantang Arya Penangsang, melalui surat yang disampaikan juru pencari rumput dengan memotong telinganya. Telinga tersebut kemudian diberi surat tantangan. Tukang pencari rumput kuda Arya Penangsang dengan mengerang-ngerang kesakitan mengadukan perihal surat tantangan ini bersama Patih Mataun. Karna mendapatkan tantangan, Arya Penangsang tanpa berpikir panjang ia berlari dan menaiki kuda Gagak Rimang dengan membawa tombak saktinya.
Sutawijaya menunggu diseberang bengawan sore caket beserta 200 prajurit. Gagak rimang adalah kuda Jantan maka Sutawijaya menaiki kuda betina warna putih bersih. Akhirnya kuda Gagak Rimang menjadi binal dan naik birahinya sehingga mengejar kuda Sutawijaya. Karena lengah, Sutawijaya melemparkan tombak Kyai Pleret ke arah perut Arya Penangsang. Arya Penangsang sakti mandraguna terluka, ususnya terburai keluar. Ia mengalungkan ususnya ke gagang kerisnya bernama Brongot Setan Kober dan terus mengejar Sutawijaya. Arya semakin tidak terkontrol, merasa diledek dan ditantang. Akhirnya Keris Brongot Setan Kober dihunus dari warangkanya dan mengenai ususnya sendiri hingga akhirnya Arya Penangsang tewas.
Kematian Arya Penangsang disampaikan oleh Sultan Hadiwijaya kepada Ratu Kalinyamat. Sejak itu Ratu Kalinyamat mengakhiri pertapaannya dan berkemas kembali ke istana kerajaan. Ia dinobatkan menjadi Adipati Jepara dengan gelar Ratu Kalinyamat dengan candra sengkala "Trus Karya Tataning Bumi” tahun 1549.
Pada pemerintahan Ratu Kalinyamat, kerajaan mengalami kemajuan yang pesat di berbagai bidang antara lain : agama islam, ekonomi, perdagangan, sosial dan kebudayaan terutama seni ukir, pertahanan dan keamanan. Dalam menjalankan pemerintahanya, dipusatkan di Kaliyamatan. Untuk pesanggrahan dan pertapaan di desa Mantingan berdekatan dengan makam Sultan Hadirin.
Agar pesanggrahan dapat dijadikan tempat peristirahatan, dilengkapi dengan bangunan masjid. Masjid ini diberi beberapa ornamen yang dibuat oleh “Cie Wie Gwan”. Pembangunan masjid Mantingan ditandai candra sengkala, berbunyi ”Rupa Brahmana Warna Sari” tahun 1748.
Ratu kalinyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan. Hal ini dibuktikan dengan pengiriman armada perang ke malaka guna menggempur portugis tahun 1552 dan 1574. Orang Portugis menyebut sang Ratu sebagai “De Kranige Dame” artinya “Wanita yang gagah berani”. Seorang penulis berbangsa Portugis, De Coute dalam bukunya menyebut Ratu Kalinyamat sebagai Rainha De Japara, Senhora Paderosa e Rica artinya Ratu Jepara seorang wanita yang sangat kaya dan berkuasa.
Serangan sang Ratu melibatkan 40 buah kapal yang berisikan kurang lebih 5.000 orang prajurit. Namun serangan ini gagal. Sebab ketika prajurit Kalinyamat melakukan serangan darat dalam upaya mengepung benteng pertahanan portugis di Malaka, tentara Portugis dengan bersenjata lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara Ratu Kalinyamat. Semangat patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur menghadapi penjajah bangsa Portugis, yang di abad 15 itu sedang dalam puncak kejayaan dan di akui sebagai bangsa pemberani di dunia.
24 tahun kemudian atau tepatnya Oktober1574, sang Ratu Kalinyamat mengirimkan armada militernya yang lebih besar ke Malaka. Ekspedisi militer kedua melibatkan 300 buah kapal di antaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan. Pengirim armada kedua ini dipimpin oleh panglima “Quilimo”, Sebutan dari orang Portugis. Ekpedisi kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan tentara Kalinyamat tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka.
Tindakan Ratu Kalinyamat yang gagah berani ini telah membuat Portugis takut dan jera berhadapan dengan Raja Jepara. Ini terbukti dengan bebasnya dipulau jawa dari penjajahan portugis di abad 16. Sebagai peninggalan sejarah perang besar antara Jepara dan Malaka, sampai sekarang masih terdapat dikomplek makam yang disebut makam tentara jawa di Malaka. Akhirnya Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan dimakamkan di Desa Mantingan Jepara, di sebelah makam suaminya.
1. Masa Kelahiran Kartini
Sewaktu R.A. Kartini dilahirkan pada tanggal 21 april 1879, ayahnya masih berkedudukan sebagai wedono mayong, sedangkan ibunya adalah seorang wanita berasal dari desa teluk awur yaitu mas ajeng ngasirah yang berstatus garwo ampil.R.M.A.A. Sosroningrat dan urutan keempat dari ibu kandung mas ajeng ngasirah, sedangkan eyang R.A. Kartini d pihak ibunya adalah seorang ulama besar pada jaman itu bernama kyai haji madirono dan hajjah siti aminah.
Istri kedua ayahnya yang berstatus garwo padmi adalah putri bangsawan yang dikawini pada tahun 1875 keturunan langsung bangsawan tinggi madura yaitu raden ajeng woeryan anak dari R.A.A. Tjitrowikromo yang memegang jabatan bupati jepara sebelum R.M.A.A. Sosroningrat.perkawinan dari kedua istrinya itu telah membuahkan putra sebanyak 11 (sebels) orang. Mula pertama udara segar yang dihirup R.A. Kartini adalah udara desa yaitu sebuah desa di mayong yang terletak ±25km sebelum masuk jantung kota jepara. Disinilah dia dilahirkan oleh seorang ibu dari kalang rakyat biasayang dijadikan garwo ampil oleh wedono mayong R.M.A.A. Sosroningrat. anak yang lahir itu adalah seorang bocah kecil dengan mata bulat berbinar-binar memancarkan cahaya cemerlang seolah menatap masa depan yang penuh tantangan.
2. Masa Kepindahan Kartini dari Mayong
Hari demi hari beliau tumnuh dalam suasana gembira, dia ingin bergerak bebas , berlari kian kemari, hal yang menarik baginya ia lakukan meskipun dilarang. Karena kebebasan dan kegesitannya bergerak ia mendapat julukan TRINIL dari ayahnya. Kemudian setelah kelahiran R.A. Kartini, yaitu pada tahun 1880 lahirlah adiknya R.A. Roekmini dari garwo padmi. Pada tahun 1881 diangkat sebagai bupati jepara dan beliau bersama keluarganya pindah kerumah dinas kabupaten di jepara. Jadi bertepatan kartini usia 2 tahun itulah diboyong dari tempat kelahirannya mayong menuju btempat tinggal yang baru dirumah dinas kabupaten jepara.pada tahun yang sama lahir pula adiknya yang diberi nama R.A. Kardinah sehingga si trinil senang gembira dengan kedua adiknya sebagaiteman bermain. Lingkungan pendopo kabupaten yang luas megah itu semakin memberikan kesempatan bagi kebebasan dan kegesitan setiap langkah R.A. Kartini.
3. Masa Kartini Mengikuti Pendidikan
Sifat serba ingin tahu R.A. Kartini inilah yang menjadikan orang tuanya semakin memperhatikan perkembangan jiwanya. Memang sejak semula R.A. Kartini paling cerdas dan penuh inisiatif dibandingkan saudara perempuan lainnya. Dengan sifat kepemimpinan R.A. Kartini yang menyolok, jarang terjadi perselisihan diantara mereka bertiga yang dikenal deng nama (TIGA SERANGKAI) meskipun dia agak diistimewakan dari yang lain. Agar putrinya keliling dengan menaiki kereta kuda. Secara terarah agar putrinya kelak akan mencintai rakyat dan bangsanya, sehingga apa yang dilihatnya dapat tertanam dalam ingatan R.A. Kartini dan adik-adiknya serta dapat mempengaruhi pandangan hidupnya setelah dewasa. Saat mulai menginjak bangku sekolah (EUROPENES LAGERE SCHOOL) terasa bagi sesuatu yang mengembirakan. Karena sifat yang ia miliki dan kepandaiannya yang menonjol R.A. Kartini cepat disenangi teman-temannya kecerdasan otaknya dengan mudah menyaingi anak-anak belanda baik pria maupun wanitanya, dalam bahasa belanda pun R.A. Kartini dapat diandalkan. Menjelang kenaikan kelas disaat liburan pertama, NY.Ovink Soer suaminya berserta adik-adiknya roekmini dan kardinah menikmati keindahan pantai bdan andengan letaknya 7 km ke utara kota jepara, yaitu sebuah pantai yang ndah dengan hamparan pasir putih yang memukau sebagaimana yang sering digambarkan lewat surat-suratnya kepada temannya stella di negeri belanda. R.A. Kartini Dan kedua adiknya mengikuti NY.Ovink Soer mencari kerang sambil berkejaran menghindari ombak, kepada R.A. Kartini ditanyakan apa nama pantai tersebut dan dijawab dengan singkat yaitu pantai bandengan.
Kemudian NY.Ovink Soer mengatakan bahwa di Holland pun ada sebuah pantai hampir sama dengan bandengan namanya (Klien Scheveningen) secara spontan mendengar itu menyela kalau begitu kita sebut saja pantai bandengan ini dengan nama Klien Scheveningen. Selang beberapa tahun kemudian setelah slesai pendidikan di EUROPENES LAGERE SCHOOL, R.A. Kartini berkehendak ke sekolah yang lebih tinggi, namun timbul keraguan di hati karena terbentur pada aturan adat apalagi kaum bagi ningrat bahwa wanita seprti dia harus menjalani pingitan.
4. Masa Kartini Memasuki Usia Pingitan
Memang sudah saatnya R.A. Kartini memasuki masa pingitankarena usianya telah mencapai 12 tahun lebih, ini semua demi keprihatinan dan kepatuhan kepadatradisi ia harus berpiash pada dunia luar dan terkurung oleh tembok kabupaten. Dengan semangat dan keinginannya yang tak kenal putus asa R.A. Kartini berupaya menambah pengetahuannya tanpa sekolah karena menyadari dengan merenung dan menangis tidaklah akan hasilnya, maka satu-satunya jalan untuk menghabiskan waktu adalah dengan tekun membaca apa saja yang di dapat dari kakak dan juga dari ayahnya.
Beliau pernah juga mengajukan lamaran untuk sekolah dengan beasisiwa ke luar negeri belanda dan ternyata dikabulkan oleh pemerintah Hindia Bleanda, hanya saja dengan berbagai pertimbangan maka beasiswa tersebut diserahkan kepada putra lainnya yang namanya kemudian cukup terkenal yaitu H.Agus Salim.
5. Masa Kartini Menjalani Masa pingitan
walaupun R.A. Kartini tidak berkesempatan melanjutkan sekolahnya, namun himpunan murid-murid pertama kartini yaitu sekolah pertama gadis-gadis priyayi bumi putra elah dibina diserambi pendopo belakang kabupaten. Ketika itu sekolah kartini memasuki pelajaran apa yang kini dikenal dengan istilah krida R.A. Kartini dimana sedang menyelesaikan lukisan dengan cat minyak. Murid-murid sekolahnya mengerjakan pekerjan tangan masing-masing. Ada yang menjahit dan ada yang membuat pola pakaian dan lain-lain.
6. Masa Kartini dapat Lamaran & Menikah
Adapun bupatai RMAA. Sosroningrat dan Raden Ayu tengah menerima kedatangan tamu utusan yang membawa surat lamaran dari Bupati Adipati Djojodiningrat yang sudah dikenal berpandangan maju dan modern. Tepat tanggal 12 Nopember 1903 RA. Kartini melangsungkan pernikahannya dengan Bupati Rembang Adipati Djojodiningrat dengan cara sederhana
7. Masa Kartini Melahirkan Putra Pertama
Pada masa kandungna RA. Kartini berusian 7 bulan, dirinya merasakan kerinduan yang amat sangat pada ibunya dan kota jepara yang sangat berarti dalam kehidupannya. Suaminya telah berusaha menghiburnya dengan musik gamelan dan tembang – tembang yang menjadi kesayangannya, namun semua itu membuat dirinya lesu. Pada tanggal 13 september 1904 RA. Kartini melahirkan seorang bayi laki – laki yang diberi nama Singgih / RM. Soesalit
8. Masa Wafat Kartini
Tetapi keadaan RA. Kartini setelah melahirkan putra pertamanya itu semakin memburuk meskipun sudah dilakukan perawatan khusus, dan akhirnya pada tanggal 17 september 1904 RA. Kartini menghembuskan nafasnya yang terakhir pada usia 25 tahun. Kini RA. Kartini telah tiada, cita – cita dan perjuangannya telah dapat kita nikmati, kemajuan yang telah dapat kita nikmati, kemajuan yang telah dicapai kaum wanita Indonesia sekarang ini adalah berkat goresan penannya semasa hidup yang kita kenal dengan buku (HABIS GELAP TERBITLAH TERANG)
Kategori | Jumlah |
---|---|
Wisata Alam | 58 |
Wisata Buatan | 30 |
Wisata Budaya | 46 |
Taman Nasional | 2 |