KABUPATEN JEPARA, Jawa Tengah
Kesenian Emprak yang populer di Jepara sekitar tahun 1980-an, kini sudah mulai hilang, tergantikan pergelaran musik dangdut, campursari, hingga pop, yang semakin merangsek ke desa-desa.
Emprak, merupakan kesenian tradisional yang dipopulerkan oleh Kyai Derpo tahun 1927 silam. Kesenian yang berasal dari Pleret (Mejing), Gamping, Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta ini merupakan sarana untuk menyiarkan Islam dengan pembacaan tarikh (sejarah) Nabi. Kata emprak, berasal dari bahasa Arab imro’a yang berarti ajaklah: mengajak orang untuk menuju kebenaran ajaran Islam pada saat itu.
Di kabupaten Jepara, kesenian emprak sangat populer sekitar tahun 80-an. Hampir setiap hajatan (khitan maupun pernikahan) kesenian yang biasanya dipentaskan selama 8 jam (21.00-05.00) ini menjadi alternatif tontonan (hiburan) warga. Pada saat itu juga kesenian ini juga sering manggung--keliling desa satu ke desa lain
Jenis kesenian tradisional yang tumbuh dan berakar di masyarakat yang merupakan perpaduan dari music ,gerak (tari) dan peran (lakon) dengan mengangkat sebuah tema berupa cerita tentang kehidupan dengan maksud memberikan pesan moral kepada masyarakat.
Jumlah pemain minimal 5 orang & maksimal tidak terbatas terdiri perempuan dan laki-laki
Tema diambil dari kejadian di masyarakat, seperti : kawin lari,kawin paksa, perselisihan rumah tangga, dllyang diakhiri dengan pesan-pesan dan hikmah dari cerita yang dipentaskan. Adapun bagi pemain berkostum ala pegunungan dan tidak ketinggalan tetap memakai kupluk (kopyah) bayi. Dalam menyuguhkan suatu cerita juga diselingi dengan lawakan / banyolan, tuntunan-tuntunan, penerangan (tentang pertaniaan, agama, norma, politik, dll )
Pola permainan
Saat ini di Jepara terdapat 5(lima) kelompok Emprak yang masih eksis dan aktif yang terdapat di kecamatan Mlonggo,kecamatan Bangsri, dan kecamatan Keling gengan mayoritas pemainnya berusia tua
Kategori | Jumlah |
---|---|
Wisata Alam | 58 |
Wisata Buatan | 30 |
Wisata Budaya | 46 |
Taman Nasional | 2 |