KABUPATEN KARANGANYAR, Jawa Tengah
Mondhosiyo, yaitu upacara sedekah bumi yang dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan bersih desa. Upacara bersih desa ini diselenggarakan dalam beberapa hari, dan pada puncak upacara dipentaskan kesenian lokal.
Nama upacara tradisional bersih desa Mondosiyo ini erat hubungannya dengan pakuwon yang dianut masyarakat jawa pada saat itu, terutama pada cerita Prabu Watugunung dan Dewi sinta. Hal ini dikarenakan keduanya melahirkan anak yang jumlahnya 28 orang yang kemudian menjadi nama wuku-wuku di tanah Jawa. Sebagai Alat pedidikan, cerita dan Upacara Mondhosiyo terdapat unsur-unsur pendidikan bahwa setiap tindak kejahatan akhirnya akan mendapat ganjaran yang setimpal (Prabu Boko akhirnya terbunuh di Watu Gilang).
Dan watu gilang ini sampai sekarang menjadi tempat penyiraman air badeg (air tape) dan pelepasan ayam jago pada akhir rangkaian Upacara Mondhosiyo. Upagcara bersih desa mempunyai makna yang erat dengan keberadaan suatu masyarakat. Suatu bentuk warisan leluhur dirasa sebagai suatu kewajiban untuk melestarikan dan mereka akan merasa puas apabila sudah melaksanakan. Namun mereka akan erasa takut kalau tidak melaksanakan apalagi melanggar pantangannya.
Selain sebagai saran bersih-bersih desa, upacara adat Mondhosiyo juga sebagai bentuk rasa syukur masyarakat terhadap hasil bumi yang dihasilkan. Dan mereka masih meyakini kekuatan yang ada pada saat upacara dilaksanakan. Mitos ritus Mondhosiyo sebagai alat pemaksa berlakunya norma-norma sosial dan sebagai alat pengendali sosial. Dan sampai saat ini selain berfungsi sebagai alat pemaksa agar nilai-nilai sosial berupa kebersamaan, kegotong-royongan juga berfungsi sebagai bentuk ungkapan rasa syukur atas segala kenikmatan, kesehatan dan kemakmuran yang telah diberikan Tuhan yang Maha Esa.
Upacara Mandasiya dilaksanakan setiap 7 bulan sekali atau 6 lapan sekali ( 1 lapan =35 hari) dan puncak upacara tepatnya pada hari Selasa Kliwon Wuku Mondhosiyo (Kalender Jawa). Dimulai dari jam 06.00 pagi tiap harinya (karena penyelenggaraan diawali dari persiapan biasanya sampai 3 hari). Upacara Mondhosiyo dilaksanakan di komplek punden “Bale-Pathokan”. Disini juga terdapat batu Gilang, dan ditempat ini diyakini sebagai tempat pertempuran antara Putut Tetuko dan Prabu Boko yang dimenangkan oleh Putut Tetuko dengan membenturkan kepala Prabu Boko ke Batu Gilang yang menggambarkan siapa yang salah akan kalah atau mati, dan yang jujur atau baik tentu akan memperoleh kemenangan.
Kategori | Jumlah |
---|---|
Wisata Alam | 67 |
Wisata Buatan | 32 |
Wisata Budaya | 47 |
Taman Nasional | 2 |