Museum Mulawarman

Museum Mulawarman sebelumnya milik Keraton Kesultanan Kutai Kartanegara yang dibangun pada tahun 1932. Museum ini dibangun oleh Pemerintahan Belanda dan diserahkan kepada Keraton ketika Sultan Adji Muhammad Parikesit menduduki singgasana Keraton Kutai Kartanegara. Dibangun menggunakan beton dengan gaya arsitektur tradisional Suku Dayak, mulai dari ruang bawah tanah, lantai, dinding, penyekat juga atap museum. Di pelataran museum terdapat duplikat patung Lembuswana yang merupakan lambang Kerajaan Kutai Kartanegara.

Museum Mulawarman mempunyai dua lantai. Lantai bawah terdapat koleksi keramik Cina dan di lantai atas terdapat koleksi peninggalan dengan berbagai corak kesenian. Beberapa koleksi tersebut adalah benda-benda yang bernilai sejarah, diantaranya Singgasana, yang digunakan untuk tempat duduk para Raja dan permaisuri, Patung Lembuswana, yaitu lambang Kesultanan Kutai Kartanegara, Kalung Uncal, adalah aksesoris kebesaran Kesultanan Kutai Kartanegara untuk digunakan ketika penobatan Sultan menjadi Raja Kutai Kartanegara, Meriam Sapu Jagad yang menjadi peninggalan VOC Belanda, Prasasti Yupa, adalah sebuah tiruan dari Yupa, Ulap Doyo merupakan benda hasil kerajinan Suku Dayak Banuaq, Minirama, mengenai sejarah Kerajaan Kutai kartanegara, Koleksi Numismatika berupa mata uanh dan alat tukar lainnyadan beberapa Koleksi keramik dari Cina, Jepang, Vietnam dan Thailand.

Museum Mulawarman berada di Kota Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Akses menuju ke museum tersebut, kita harus berada di balikpapan terlebih dahulu. Lalu, naiklah angkutan umum untuk menuju ke Museum Mulawarman. Tarif masuk museum hanya Rp 3 ribu/orang saja. Museum ini dibuka setiap hari dan memiliki fasilitas seperti tempat parkir, toilet, mushola, pusat penjualan oleh-oleh, warung makan dan penginapan di Tenggarong.

Sumber: TEMPO, datatempo.co/Agung Pambudhy