KOTA TIDORE KEPULAUAN, Maluku Utara
RITUAL “AKE DANGO”
(event tahunan : Setiap Bulan Maret-April)
Lokasi : Gurabunga – Kie Matubu (Puncak Tidore/ 680 mdpl)
Waktu : 2 Hari /Rabu, 28 Maret – Kamis, 29 Maret 2018 (06 : 00 WIT)
Ritual Ake Dango (“ake” berarti Air, dan “dango” adalah air dalam sepotong bambu berukuran 1,5 ruas setengah tua dan bagian atas bambu dililit serta dibungkus (dibalut) dengan kain putih, air dalam bambu ini diambil dari Kie Matubu / puncak Tidore setelah melalui prosesi ritual tertentu dan kemudian dibawa. Air dalam bambu ini dibawa dengan tata cara yang khas, tidak seperti membawa air pada umumnya,yakni seperti dijahit dengan cara bagian bawah bambu dipegang dengan tangan kiri, sedangkan bagian atasnya dipegang dengan tangan kanan lewat bagaian belakang kepala).
Makna filosofisAke Dango : Sebelum air diambil, perlu ada doa ritual (doa secara adat) bermakna bahwa segala sesuatu bisa saja terjadi atas doa. Tempatnya diambil dari puncak kiematubu (tempat ketinggian) bermakna bahwa segalanya berasal dari Zat Yang Maha Tinggi. Diambil dengan tata cara tertentu (tidak seperti cara mengambil air biasa) bermakna bahwa terdapat aturan demi kebaikan. Diisi dalam wadah bambu setengah tua bermakna bahwa bambu adalah tanaman yang saling menopang satu sama lainnya, sedangkan setengah tua bermakna bahwa usia bambu inilah yang bisa ditanam dan mudah bertumbuh dan berkembang sekalipun di jurang. Bagian atas bambu dibalut dengan kain putih bermakna semoga kehidupan terjaga dalam kesucian. Bambu (ake dango) waktu dibawa berposisiseperti digendong di bagian belakang orang yang membawanya yang dalam bahasa daerah “Cahi”, ini bermakna bahwa “ahu se gogahu” (hidup dan kehidupan) merupakan sebuah beban / pertanggungjawaban yang dijalani dengan ikhlas nan tulus.
Ritual Ake Dango merupakan sebuah prosesi awal ataupun kegiatan pembuka dari sekian rangkaian kegiatan yang termuat dalam HJT (Hari Jadi Tidore). Ritual Ake Dango didahulukan karena secara filosofis adat Tidore bahwa AIR merupakan sumber segala kehidupan, sesungguhnya Air adalah awal terjadinya sebuah kehidupan.Prosesi Ritual Ake Dango ini dilaksanakan melalui beberapa tahap, yakni :
Ritual Tagi Kie (Berjiarah ke Puncak Gunung Tidore) : Para tetua adat ataupun turunan Soa Romtoha Tomayou (sebutan adat untuk 5 marga yang berstatus sebagai lini utama dalam peradaban dan budaya Tidore) melakukan perjalanan sakral (jiarah) ke Puncak Gunung Tidore, anak cucu marga lain pun diperbolehkan turut bersama dalam perjalanan itu. Rombongan ini keluar dari rumah setelah dilaksanakan ritual khusus di rumah adat. Ake dango selanjutnya diserahkan secara adat kepada masing-masing sowohi (ketua-ketua kelompok adat) Soa Romtoha Tomayou untuk disemayamkan 1 (satu) malam disertai ritual khusus di masing-masing rumah adat di sana.
Rora Ake Dango (secara harfiah, tidak lebih berarti Menghibur Ake Dango). Ake dango yang sudah disemayamkan di masing-masing Rumah adat Soa Romtoha Tomayou kemudian dengan prosesi ritual dibawakan oleh setiap anak cucu masing-masing marga Soa Romtoha ke Sonine Gurua (nama lokasi) untuk disatukan (dituangkan) ke dalam sepotong bambu berukuran 1,5 ruas guna melakukan ritual selanjutnya yang dalam bahasa adat disebut Rora Ake Dango. DiSonine Gurua yang dihadiri para tamuundangan, Ritual Rora Ake Dango kemudian dilangsungkan dalam suasana hening penuh hikmat. Selanjutnya oleh para papa se yumayaya se goa (sebutan hormat bagi pria dan wanita paruh baya dalam adat Tidore) yang berpakaian adat nan santun mendendangkan sejumlah bait moro-moro dan kabata (nyanyian adat) berlirik poitik mengisahkan segala fatwa maupun pesan baik para leluhur perlu dijaga dan dijalani agar selamat dunia wal akhirat. Dengan terlaksananya Ritual Ake Dango ini bertanda bahwa rangkaian kegiatan dan prosesi Ritual Hari Jadi Tidore (HJT) dimulai.
Dola Bilolo (Fatwa tua nan bertuah)
“ADAT MATOTO AGAMA
AGAMA MATOTO KITABULLAH
KITABULLAH MATOTO ALLAH TA ALA”
Kategori | Jumlah |
---|---|
Wisata Alam | 27 |
Wisata Buatan | 4 |
Wisata Budaya | 7 |
Taman Nasional | 2 |