KABUPATEN MINAHASA, Sulawesi Utara
Makam Kyai Mojo Minahasa Sulawesi Utara terletak di perbukitan di Desa Wulauan, Kecamatan Tolimambot, Minahasa, Sulawesi Utara, hanya beberapa menit setelah melewati Kampung Jawa Tondano, atau kampung "Jaton", perkampungan berpenghuni lebih dari 1800 jiwa keturunan pengikut Pangeran Diponegoro yang dibuang ke Tondano pada 1929, serta keturunan pejuang lainnya yang dibuang Belanda ke Kampung Jaton ini.
Kyai Mojo adalah penasehat spiritual Pangeran Diponegoro yang mengobarkan Perang Jawa melawan pasukan kolonial Belanda pada 1825 - 1830, dan bergabung sejak hari pertama pasukan Pangeran Diponegoro berada di Goa Selarong. Kompleks Makam Kyai Mojo ini jauh lebih baik lokasi dan suasananya ketimbang Kompleks Makam Pangeran Diponegoro yang relatif sempit dan berada di tengah keramaian kota Makassar.
Undakan menuju ke puncak bukit dimana Makam Kyai Mojo berada, dengan papan nama serta penjelasan singkat tentang Makam Kyai Mojo serta papan nama Pahlawan Nasional KH Ahmad Rifa'i. Undakan ini berjarak 100 meter dari tepi jalan dimana pintu pagar pertama berada. Beruntung bahwa pintu pagar kedua di undakan ini tidak terkunci.
Papan nama di Makam Kyai Mojo itu menceritakan bahwa rombongan Kyai Mojo yang tiba di Tondano pada akhir tahun 1929 itu berjumlah 63 orang, dan semuanya laki-laki. Mereka kemudian menikah dengan wanita Minahasa, diantaranya bermarga Supit, Sahelangi, Tombokan, Rondonuwu, Karinda, Ratulangi, Rumbajan, Malonda, Tombuku, Kotabunan, dan Tumbelaka, dan kemudian beranak pinak di Kampung Jaton di Tondano itu.
Papan itu juga menyebutkan bahwa Kyai Mojo, yang nama aslinya adalah Kyai Muslim Muhammad Halifah, lahir pada 1764 dan wafat pada 20 Desember 1849. Kampung Jawa Tondano adalah merupakan komunitas yang sebagian besar penduduknya beragama Islam, di tengah mayoritas penduduk Tondano yang beragama Kristen, namun mereka hidup berdampingan dengan baik.
Di puncak bukit inilah kompleks Makam Kyai Mojo Minahasa berada dengan sejumlah cungkup makam di atas sana. Tebingnya diperkuat dengan pondasi batu agar tidak mudah longsor. Kyai Maojo adalah putera pasangan Iman Abdul Ngarip, seorang ulama di Desa Baderan, dan R.A Mursilah yang adalah saudara perempuan Sri Sultan Hemangkubuwono III. Karena Diponegoro adalah putera HB III, itu berarti Kyai Mojo adalah sepupunya. Meski demikian Kyai Mojo disapa paman oleh Diponegoro untuk menghormatinya.
sumber: aroengbinang.com, Tribunnews.com
Kategori | Jumlah |
---|---|
Wisata Alam | 50 |
Wisata Buatan | 5 |
Wisata Budaya | 3 |
Taman Nasional | 2 |