KOTA JAKARTA PUSAT, DKI Jakarta
Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia atau yang lebih dikenal dengan sebutan G30 S PKI yang lalu telah membuktikan semangat dan tekad yang begitu kokoh dari 7 putra terbaik yang dimiliki bangsa Indonesia. Salah satu dari ketujuh putra terbaik tersebut, yang kemudian digelari tujuh pahlawan revolusi, adalah Jenderal Anumerta Ahmad Yani. Kiprah, posisi, dan kariernya saat itu sebagai Menteri sekaligus Panglima Tertinggi TNI oleh PKI dianggap sebagai sebuah batu sandungan untuk merealisasikan ambisinya dalam mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan ideologi komunis. Tekad, semangat, kiprah dan perjalanan hidup beliau dapat tetap dapat kita teladani dengan menelusuri sebuah museum yang khusus menceritakan tentang sang jenderal yang diberi nama Museum Ahmad Yani “Sasmitaloka”. Jika kita memperhatikan berbagai literatur mengenai kejadian G 30 S PKI tersebut, akan sangat jelas prinsip yang begitu kuat dari Jenderal Ahmad Yani yang memegang teguh falsafah bangsa nan luhur Pancasila. Jiwa Sapta Marga-nya jelas begitu terlihat hingga titik darah penghabisan. Bahkan, keluarga beliau pun seakan memiliki tanggung jawab untuk meneruskan pandangan hidup beliau, sehingga rumah yang digunakan oleh sang jenderal beserta keluarga sebagai tempat tinggal saat terjadinya kejadian keji tersebut, pada akhirnya dihibahkan kepada negara, dan oleh negara diisbatkan sebagai Museum Ahmad Yani “Sasmitaloka”. Sejarah Museum Ahmad Yani “Sasmitaloka” Secara singkat, proses dibangunnya Museum Ahmad Yani “Sasmitaloka” berawal dengan didirikannya beberapa bangunan antara tahun 1930 hingga 1940 yang memang masuk ke dalam pengembangan wilayah dari Gondangdia dan Menteng. Pada mulanya, bangunan dan gedung-gedung tersebut dimaksudkan sebagai rumah dinas para pejabat maskapai-maskapai swasta milik Belanda. Baru pada sekitar tahun 1950-an, berbagai bangunan di kawasan tersebut masuk ke dalam pengelolaan rumah dinas tentara Republik Indonesia dan pada akhirnya ditempati oleh Ahmad Yani beserta keluarga. Rumah tersebut ditempati beliau hingga beliau berpangkat Letnan Jenderal dan pada akhirnya tempat itu jualah yang menjadi saksi pengorbanan beliau bagi bangsa ini. Secara umum, Museum Ahmad Yani “Sasmitaloka” menceritakan riwayat dan perjalanan hidup salah satu jenderal terbaik yang pernah dimiliki Tentara Nasional Bangsa Indonesia. Beliau dilahirkan di daerah Purworejo, Jawa Tengah pada tahun 1922, tepatnya di tanggal 19 Juni dari pasangan Ibu Murtini dan Bapak Sarjo. Setelah berturut-turut menamatkan berbagai jenjang pendidikan seperti HIS, MULO dan AMS, beliau lalu memasuki keakademian militer Belanda di sekitar tahun 1938-1939. Ketika masa berkuasanya Jepang, beliau memasuki Heiho, lalu Shodanco, dan kemudian Daidancho Resimen 3 Magelang yang masuk ke dalam Divisi ke-5 dengan Kolonel Sudirman sebagai pemegang komando tertingginya. Tatkala Indonesia merdeka, perjalanan militer beliau semakin cemerlang dengan berbagai jabatan strategis yang diembannya, dimana beliau sempat pula mengambil pendidikan di Inggris dan Amerika Serikat. Begitu banyak jasa sang jenderal bila disebutkan satu demi satu. Oleh karena itulah, museum Ahmad Yani layak ditambahi dengan nama Sasmitaloka, dikarenakan di negara ini hanya dua museum yang mengenakan nama tersebut yaitu Museum Jenderal Besar Sudirman dan satunya adalah Museum Ahmad Yani. Sasmitaloka sendiri berasal dari dua kata sansekerta, yakni Sasmita yang artinya mengenang, dan Loka yang berarti tempat. Koleksi Benda Bersejarah di Museum Ahmad Yani Saat kita mengunjungi Museum Ahmad Yani “Sasmitaloka” ini, sebagai awal bila diperhatikan tempat tersebut memiliki kesan selalu tertutup dengan pagar plus sebuah pos jaga yang terdapat pada sisi lainnya. Mengisi buku tamu adalah hal yang wajib dilakukan untuk memasuki museum tersebut, dan setelahnya kita bisa langsung masuk dengan menyusuri lorong yang menuju belakang tempat tersebut. Kiranya jalur ini jugalah yang digunakan 1 peleton pasukan Cakrabirawa tatkala akan menculik beliau. Setelah berada di depan pintu masuk, dapat kita jumpai pintu kaca yang berlubang, dimana ini memang sengaja dibuat seperti keadaan aslinya setelah peristiwa pada dini hari tanggal 1 Oktober lampau. Sebelah samping pintu tersebut, ada sebuah ruangan yang menampilkan mobil model sedan dengan merk Chevrolet warna biru yang merupakan kendaraan Jenderal Ahmad Yani tatkala berdinas sebagai Menteri dan Panglima Tertinggi. Kala kita sampai di lorong yang letaknya di bagian belakang Museum Ahmad Yani “Sasmitaloka”, akan didapati berbagai dokumentasi berupa foto-foto yang mencoba merekonstruksi dan menceritakan peristiwa penculikan serta penembakan terhadap Jenderal Ahmad Yani. Deretan foto-foto tersebut juga mengabadikan saat jenazah para pahlawan revolusi tersebut diangkat dari sumur hingga upacara militer pemakaman. Selain itu, juga terdapat beberapa foto-foto keluarga Ahmad Yani dan peristiwa di tahun 1949 saat penyerahan kota Magelang yang dilalui Jenderal yang bersahaja tersebut. Di foto tersebut, beliau yang masih berpangkat Letnan Kolonel mewakili pihak Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dari pihak Belanda sendiri diwakili Letnan Kolonel van Santen. Pada bagian dinding ruangan makan Museum Ahmad Yani “Sasmitaloka” dapat kita jumpai foto-foto dari tiap pahlawan revolusi. Sementara bila kita memasuki ruangan yang berada di sebelah kirinya, maka ruangan tersebut dahulunya adalah ruangan kamar tidur dari Jenderal Ahmad Yani. Di ruangan tersebut disimpan pula senapan otomatis Thompson dengan beberapa butir sisa peluru milik salah satu personil Cakrabirawa yang menewaskan beliau. Selain senapan tersebut, dipajang juga senapan LE Cal 7,62 pabrikan negara Cekoslovakia yang digunakan untuk menembak Letjen S. Parman serta senapan Owengun yang dipakai untuk menamatkan riwayat DN Aidit beserta tokoh-tokoh tertinggi PKI. Masih pada ruangan tidur tersebut, pada bagian atasnya ada simbol halilintar kejadian yang mengagetkan bagi keluarga beliau. Disana disimpan juga beberapa replika dari pakaian tidur istri beliau disamping gaji terakhir beliau, kacamata, cincin, keris dan sebuah tongkat komando. Memotret ruangan tersebut walau lewat ponsel sangatlah dilarang oleh para petugas, agaknya itu harus ditaati oleh setiap pengunjung dalam ruangan tersebut. Pada ruang tamu dan ruang tunggu dari Museum Ahmad Yani “Sasmitaloka”, para pengunjung dapat menyaksikan dan mengamati berbagai obyek dan benda terkait sang Jenderal Ahmad Yani. Khusus pada ruang tamu, pengunjung dapat melihat secara detail moment tatkala Ahmad Yani menampar pimpinan pasukan Cakrabirawa yang melarangnya untuk mengganti baju yang sebenarnya maksud beliau saat itu adalah hendak meraih sebuah senjata api dikarenakan telah menangkap gelagat mencurigakan dari pasukan tersebut. Sedangkan pada ruang tunggu akan disaksikan berbagai koleksi pribadi beliau yang berupa cinderamata, senjata, medali, lambang, gading gajah hingga harimau yang diawetkan. Yang menarik adalah koleksi buku beliau yang tersimpan rapi pada rak dinding di ruangan tersebut. Pada sebelah kanan dari ruangan makan akan dijumpai kutipan dari ucapan beliau dengan bunyi “sampai liang kubur kupertahankan Pancasila”. Adapun pada bagian lantainya dibatasi kayu dengan tulisan “DI SINILAH GUGURNJA PAHLAWAN DJENDERAL TNI A. YANI PADA TANGGAL 1 OKTOBER 1965 DJAM 04.35″. Beliau akhirnya harus mangkat setelah mengalami luka tembak sebanyak 8 kali, kemudian jenazah beliau dibawa ke lubang buaya tempat dimana pusat operasi gerakan tersebut berada. Itulah beberapa gambaran tentang Museum Ahmad Yani “Sasmitaloka” yang memberikan sarat pesan akan pengorbanan para Pahlawan Revolusi dalam mempertahankan falsafah Pancasila. Tentunya museum tersebut sangat sesuai untuk dikunjungi oleh siapapun yang memang selalu menempatkan betapa pentingnya mengenang kembali sejarah yang telah berlalu. Alamat, Jam Operasional dan Harga Tiket Masuk Museum Ahmad Yani Para calon pengunjung dapat mendatangi museum tersebut di hari Selasa hingga Minggu mulai pukul 08.00 hingga 14.00, adapun untuk hari Senin museum tersebut ditutup untuk umum. Untuk biaya masuk, para pengunjung tak perlu khawatir dikarenakan untuk memasuki museum tersebut tak dikenakan biaya masuk atau tiket masuk, cukup mengisi buku tamu yang disediakan pengelola. Secara detail, lokasi museum tersebut berada di Jalan Lembang Nomor 67, RT 11/RW 7, Menteng, Kota Jakarta Pusat. Sementara untuk informasi yang sekiranya lebih detail, disilakan menghubungi secara langsung nomor (021) 3105183 atau 31901623. Anda bisa kembali ke halaman utama yang menampilkan daftar museum-museum di jakarta.
Sumber : https://www.museumjakarta.com/
Kategori | Jumlah |
---|---|
Wisata Alam | 72 |
Wisata Buatan | 57 |
Wisata Budaya | 48 |
Taman Nasional | 6 |