KABUPATEN PEMALANG, Jawa Tengah
Pada tanggal 25 September 1927, Pemimpin MSC di Belanda menugaskan Pastor B.J.J. Visser, MSC dengan didampingi 2 Imam MSC yaitu Pastor B. Thien, MSC dan Pastor M de Lange, MSC. Dengan tugas mengembangkan Kerajaan Allah di wilayah Kedu, Banyumas, dan Pekalongan yang sementara itu dilakukan oleh para misionaris SJ. Mereka bertiga sementara menetap di Purworejo yang kemudian dijadikan pusat kegiatan Tarekat Hati Kudus (MSC). Dari Purworejo Pastor B. Thien, MSC membentuk Paroki Tegal pada tgl 24 Oktober 1927 dengan wilayah binaannya meliputi wilayah karesidenan Pekalongan, dimana banyak terdapat perkebunan (onderneming) orang Belanda. Di Kabupaten Brebes (PG. Banjaratma, Jatibarang). Tegal (PG. Pangkah, Adiwerna) Pemalang (PG. Sumberharjo, Banjardawa, Petarukan, Comal – Di Banjardawa pernah ada pabrik gula ) di pabrik-pabrik tersebut banyak karyawan dari Belanda yang beragama Kristiani. Tiga pastor menduduki wilayahnya masing-masing, yaitu: Pastor M. de Lange, MSC di wilayah Karesidenan Kedu. Pastor B. Thien, MSC di wilayah Karesidenan Pekalongan, dan Pastor BJJ. Visser, MSC bertugas di wilayah Karesidenan Banyumas. Mulai 10 Oktober 1930 Pekalongan mendirikan Paroki sendiri, lepas dari Tegal dengan Pastor Nico van Oers sebagai gembala pertamanya. Pemalang menjadi stasi binaannya. Binaan rohaninya dengan kunjungan pelayanan dan kebaktian di rumah-rumah warga. Selain Pastor pembinaan rohani dibantu oleh katekis, seorang Katekis yang mendapat misi Canonika dari Keuskupan Purwokerto pada tgl 1 Agustus 1937, bernama Djamprak yang bertempat tinggal di Randudongkal. Ketika negara Belanda dilanda krisis ekonomi, negara jajahan Hindia Belanda terkena dampaknya, sehingga pada tgl 19 Januari 1934 keluar SK.No.36 yang isinya Pemerintah Hindia Belanda lewat Gubernur Jendralnya menyerahkan rumah sakit di Pekalongan (bertempat di desa Bendan Barat) dan rumah sakit di Pemalang (desa Mulyoharjo-dikenal rumah sakit lama-sekarang SD Mulyoharjo 04) kepada misi Katolik, yang oleh Mgr. BJJ. Visser, MSC diserahkan kepada suster SND untuk Pekalongan dan Suster PBHK untuk rumah sakit Pemalang. Suster PBHK menanggapi penyerahan itu, pada tgl 21 Juni 1934 dengan mengirim suster: Tahap pertama : Sr. M. Agvelia, PBHK. Sr.M. Yohanna, PBHK. Sr, M. Valeria PBHK Tahap kedua : Sr. M. Petronela, PBHK. Sr.M. Yosephine van der Stouven, PBHK. Para suster ini selain mengelola rumah sakit, pada th 1938 mendirikanTaman Kanak-Kanak dengan menggunakan rumah yang terletak di pojok Selatan-Barat alun-alun Pemalang yang menjadi gurunya Sr. Petronela dan Sr. Bonaventura dengan siswanya a.l. Ibu Tan Go Lliem dan Ibu Y. Koswara (alm). Rumah sakit yang konstruksinya kayu dan gedheg dengan luas bangunan dan tanahnya sempit dirasa kurang bisa menampung pasien yang kebetulan waktu itu terjadi wabah, maka pada tgl 15 Maret 1939 untuk mengembangkan rumah sakit yang sempit dengan membeli tanah di desa Pelutan (Ketandan-sekarang DKK) seluas 12.126 m2. Pada 1 Maret 1940 Pastor B. Polman, MSC ditugasi sebagai pastor stasi Pemalang pertama. Misa kudus diadakan di rumah sakit (susteran) maupun rumah warga dan kemudian Pastor B.Polman, MSC menyewa rumah di Jln. Jendral Sudirman (sekarang Toko Tri Murti) untuk tinggal dan tempat misa. Baptisan pertama: George Rodewyk Gerard lahir di Belik, 24 November 1939. Dibaptis tgl 26 Januari 1940 oleh Pastor B. Polman, MSC.
Pada tahun 1943 tentara Jepang masuk Pemalang, rumah sakit yang baru selesai bagian belakang (Zaal-zaal) dan ruang suster diambil dan dikuasai, suster-suster ditahan (internir) warga Eropa (Belanda) termasuk para rohaniwan maupun biarawati ditahan oleh Jepang. Dengan ditahannya para misionaris maka kehidupan Gereja ditangani oleh biarawan-biarawati asli Indonesia a.l:
Masa pendudukan Jepang – masa Revolusi – kemerdekaan, perkembangan kehidupan rohani Katolik sedikit informasi yang didapat.
Setelah pemerintah Indonesia berkuasa, para tahanan Jepang, termasuk para Pastor dan suster Belanda dilepas-dibebaskan, diantara mereka ada yang minta kembali ke Netherland, (Mgr.BJJ. Visser, MSC). Kehidupan menggereja ditandai dengan dilaksanakannya ibadat di rumah-rumah warga secara bergilir misal di rumah Keluarga Ny. Kham Tio Sam, Kham Hok Kwie (alm), rumah pegadaian (pimpinan Bp. P. Hardiman alm) Kantor Pos, di aula Kodim-sekarang Swalayan Pemalang Permai (Komandan Bp. Let Kol J.Kusman) dll. Pada tahun 1954 Mgr. W. Schoemaker, MSC (pengganti Mgr. BJJ. Visser, MSC) menyetujui didirikannya SMP dengan dibelinya tanah di jalan Pemuda, di tempat inilah Misa Kudus diadakan secara tetap di ruang sekolah dua kali dalam satu bulan, sedangkan pelajaran agama diadakan di rumah penduduk bergantian.
Dengan makin banyaknya peserta misa, pada tahun 1964 Pastor Obbens, MSC merencanakan pembangunan gedung gereja, maka dibentuklah panitia pendirian Gereja.
Ketua : AM. Sudarno
Sekretaris : FX. Sucipto, Ant. Slamet
Bendahara : J. Kheng Hok Gwan 9(alm)
Sie Usaha : Y. Subiono
Dengan tugas mencari lokasi, mencari dana dan membangun gereja. Panitia bersama Pastor mencari dan meminta tanah kepada Pemerintah Daerah (Bupati Bp. RM. Soemartojo) dan diberi tanah seluas 1,2 Ha di desa Mulyoharjo (dulunya berupa sawah-sawah). Peletakan batu pertama pembangunan th 1966 oleh Bupati RM. Soemartojo (ST-sekarang SMPN 7), pembangunan belum sempat terlaksana, Romo Obbens pindah dan digantikan Romo H. Loogman, MSC. Peletakan Batu kedua dimulai Desember 1969 dan pembangunan selesai pada bulan Maret 1971 (di Gereja sekarang). Pemberkatan gereja dilakukan oleh Mgr. Schoemaker, MSC pada tgl 25 April 1971. Oleh Uskup P.S. Hardjosumarto, tanggal 25 April 1971 dijadikan HARI LAHIR Paroki St.Lukas Pemalang.
Sumber : https://situsbudaya.id/sejarah-paroki-st-lukas-pemalang/
Kategori | Jumlah |
---|---|
Wisata Alam | 58 |
Wisata Buatan | 30 |
Wisata Budaya | 46 |
Taman Nasional | 2 |