Stasiun Solo Balapan

Kawasan Joglosemar

KOTA SURAKARTA, Jawa Tengah

Stasiun Solo Balapan di tetapkan sebagai Bangunan Stasiun Cagar Budaya Berdasarkan SK Bupati Nomor 646/1-R/1/2013. Bangunan Stasiun Solo Balapan terdiri dari dua terminal atau emplasemen selatan dan utara. Emplasemen selatan memiliki lima jalur sepur, sedangkan emplasemen utara memiliki tujuh jalur sepur. Emplasemen selatan umum- nya dipakai untuk pelayanan kereta api penumpang, sementara emplasemen utara lebih diperuntukkan untuk pelayanan kereta api barang. Stasiun Solo Balapan bagian utara mulai dibangun pada tahun 1870 oleh perusahaan kereta api Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) pada lahan milik Keraton Mangkunegaran. Stasiun ini merupakan salah satu stasiun besar tertua di Indonesia setelah Stasiun Semarang Tawang. Bangunan stasiun bagian selatan dirancang oleh Herman Thomas Karsten, seorang arsitek kenamaan beraliran Indische, pada tahun 1927. Bangunan emplasemen utara yang dibangun lebih awal dirancang sebagai sebuah bangunan gedung memanjang, dengan atap pelana tanpa teritisan dibagian sofi — sofinya. Di bagian tengah bangunan yang memanjang tersebut diletakan bangunan utama yang berfungsi sebagai hall kedatangan penumpang serta kantor administrasi stasiun dengan dimensi yang berbeda sehingga tampak seperti menara. Menara memiliki bentuk atap yang mengambil inspirasi bentuk atap lokal dengan dua tekukan kemiringan yang berbeda dan diberi akhiran ornamen pada puncak bubungan. Itulah ciri bangunan gedung bergaya Nieuwe Bouwen yang dikombinasikan dengan elemen lokal, sebagai mana terlihat jelas pada jenis konstruksi atap peron dan raut profil yang dibuat di pilaster — pilaster -nya. Emplasemen selatan merupakan bangunan yang lebih baru dengan langgam bangunan yang merupakan penggabungan antara arsitektur lokal dan modern. Bangunannya terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kanopi dropoff yang merupakan penambahan baru, bagian hall dengan loket dan kantor administrasi, serta bangunan emplasemen. Bangunan hall dirancang dengan atap bertumpuk tiga sejajar yang tidak menunjukkan ciri arsitektur lokal. Sedangkan bentuk atap kanopi drop-off mirip pendopo yang diadopsi dari arsitektur setempat dengan konstruksi kolom beton. Bangunan emplasemen berupa bangunan panjang beratap pelana dengan struktur baja. Bangunan emplasemen utara berkarakter Nieuw Bouwen yang dikombinasikan dengan elemen lokal. Bagian pintu masuk, hall dan kantor administrasi diletakkan di tengah dalam bentuk seperti menara sehingga menjadi vocal point bangunan ini. Deretan kolom-kolom pada emplasemen utara yang membentuk suatu irama. Bila didasarkan pada pengamatan yang berkesinambungan, terlihat proses sesuatu yang bergerak yang mampu menggugah rasa keindahan suatu obyek. Bentuk bukaan dinding pembatas antara peron dan ruang tunggu pada emplasemen utara dengan ornamen berupa cornice merupakan bentukan desain untuk mencapai keselarasan. Cahaya buatan yang terpancar dari lampu yang berada di langit-langit peron pada malam hari menciptakan suasana yang membuat suatu karya arsitektur menjadi terasa lebih indah. Susunan atap tiga lapis berbentuk limasan menaungi bangunan utama emplasemen selatan dimana ruangan yang berada dibawahnya adalah hall dan loket penjualan tiket. Tiang tinggi menjulang pada puncak atap selain berfungsi sebagai penanda bangunan utama, juga berfungsi sebagai penangkal petir. Struktur dan konstruksi penutup atap kanopi drop-off berbentuk jurai dengan material besi sebagai rangkanya dan seng galvanis sebagai penutup. Salah satu penerapan komposisi simetri tercermin pada deretan jendela yang terdapat di bagian atas bangunan koridor yang difungsikan sebagai tempat untuk mengamati perjalanan kereta api.

Sumber : https://heritage.kai.id/page/Stasiun%20Solo%20Balapan



Destinasi lain di Kawasan Jawa Tengah


Koordinat: -7.5570, 110.8214
Destinasi di Sekitar

KategoriJumlah
Wisata Alam59
Wisata Buatan30
Wisata Budaya46
Taman Nasional2
  • Share Via

Destinasi di Sekitar


Wisata Alam
Wisata Buatan
Wisata Budaya
Taman Nasional