KABUPATEN KAYONG UTARA, Kalimantan Barat
Masjid ini dibangun pada tahun 1877. Masjid yang terletak di Jalan Kota Karang, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara itu sempat mengalami pemindahan lokasi bangunan. Hal tersebut mengikuti keinginan Raja Sukadana, Tengku Putera bin Tengku Anum yang menginginkan agar letak masjid lebih dekat dari kediaman raja atau keraton. Menurut Tengku Syafudin Yendri, putra Almarhum Tengku Muhammad, Panembahan Kesembilan Kerajaan Sukadana, lokasi masjid semula persis berada di samping SD Negeri 01 Sukadana. Setelah dipindahkan ke lokasi baru, masjid tersebut mengalami renovasi sebanyak empat kali. Sekilas, Masjid Jami’ Qudsy ini tidak berbeda dengan masjid-masjid modern pada umumnya. Bangunannya ditopang oleh empat tiang utama. Di dalamnya terdapat mimbar yang memadukan warna emas dan cokelat. Yang menarik dari masjid ini yaitu adanya dua buah meriam yang dipajang pada sisi kiri halaman masjid. Menurut Tengku Syarifudin, meriam tersebut semula berada di pinggir pantai yang bertujuan untuk menghalau bajak laut yang ingin mengganggu kerajaan Sukadana.
“Dulu seingat saya jumlahnya ada tujuh. Letaknya ada di pinggir pantai untuk menghalau Tenon (bajak laut). Sekarang tinggal dua dan diletakkan di halaman masjid,” katanya.
Ia menuturkan, peradaban Islam di Sukadana sudah ada sejak dulu. Bahkan Raja pertama Kerajaan Sukadana Tengku Akil Sultan Abdul Jalilsyah (1828-1849) sudah memeluk agam Islam. Beliau merupakan guru sekaligus penyiar Agama Islam. “Sudah lama. Sejak raja pertama, yakni Tengku Akil,” lanjutnya.
Pemerintahan kemudian dilanjutkan oleh Panembahan Kedua, Tengku Anom Besar (1849-1875) dan lalu Panembahan Ketiga, Tengku Putera (1875-1910). “Nah, pada raja ke tiga yakni Raja Tengku Putera, beliau membangun masjid. Hingga saat ini masjid itu masih ada,” jelasnya.
Setelah Panembahan Ketiga, tahta beralih ke Panembahan Keempat, Tengku Andot (1910-1934) dan selanjutnya ke Panembahan Kelima, Tengku Abdul Hamid (1934-1939). Pada generasi keenam, kerajaan ini dipimpin oleh Panembahan Tengku Idris atau Tengku Betong (1939-1943) yang kemudian dilanjutkan Tengku Adan dan Tengku Muhammad, yang tak lain adalah ayah Tengku Syarifudin sendiri.
Terkait soal silsilah kerajaan, kata Tengku Syarifudin, Kerajaan Sukadana merupakan pecahan dari Kerajaan Siak, Riau. Konon, kerajaan ini merupakan pemberian Belanda. Namun, saat ini sebagian besar jejak peninggalan Kerajaan Sukadana seakan hilang bagai tertelan bumi.
“Semua sudah tidak ada. Diangkut oleh Jepang. Satu-satunya yang tidak bisa diambil hanya keris. Itu pun dulu pernah dibawa Jepang selama tiga hari, tapi dikembalikan lagi,” katanya.
Sebagai keturunan raja ke sembilan, Tengku Syarifudin hanya menyimpan peninggalan ayahnya (Tengku Muhammad) berupa sebuah rumah tua yang dibangun pada tahun 1949 yang terletak di antara rumahnya dan masjid Jami Qudsy.
Sumber : https://situsbudaya.id/masjid-jami-qudsy-sisa-peninggalan-raja-sukadana/
Kategori | Jumlah |
---|---|
Wisata Alam | 44 |
Wisata Buatan | 4 |
Wisata Budaya | 5 |
Taman Nasional | 3 |